Detik-Detik Brilian

"Ini bayiku!" Jerit perempuan itu.
"Bukan, itu bukan bayimu! Tolong berikan bayi itu padaku!" bantah perempuan di depannya.
Sang bayi menangis, meronta-ronta.
"Apa buktinya kalau ini bayimu?" sang perempuan yang menggendong bayi itu menyeringai sinis. Dalam hati dia sebenarnya mengakui kalau dia tidak berhak memiliki bayi itu.
"Bagaimana baginda? Aku bersumpah bahwa bayi itu adalah bayiku! Tolonglah baginda putuskan dengan adil siapa yang berhak memiliki bayi itu...!" Perempuan itu menangis, bayinya tiada di tangannya.
Baginda Nabi Sulaiman mengernyitkan dahi, sejenak beliau berfikir. Pada pandangannya kedua perempuan itu seperti ibu kepada bayi itu. Sulit sekali memutuskan perkara ini.
"Baiklah..." Kata baginda kemudian. Nampaknya beliau sudah menemukan jawaban.
"Aku akan memutuskan dengan adil..."
"Pengawal!" Panggilnya. "Tolong panggilkan algojo! Biar bayi ini aku belah jadi dua dan kuberikan satu bagian untuk wanita ini dan sebagian lainnya untuk wanita itu..."
"Setuju baginda! Itu memang keputusan yang adil!" Kata perempuan yang menggendong bayi itu sambil memandang puas ke arah perempuan di depannya yang terus menangis.
"Jangan baginda...! Lebih baik bayi itu baginda berikan kepada perempuan itu. Saya rela asalkan jangan baginda belah ia menjadi dua..." Perempuan yang menangis itu semakin kuat tangisnya.
"Pengawal! ambil bayi itu dan berikan kepada wanita ini...!" tiba-tiba baginda memerintahkan pengawal merampas bayi itu dari perempuan yang menggendongnya.
"Kenapa baginda tak jadi membelahnya? Bukankah itu keputusan yang adil?" Sergahnya.
"Seorang ibu sejati tak akan rela melihat bayinya dibunuh dan dipotong menjadi dua..., itu artinya engkau bukan ibu bayi itu!"
Baginda kemudian memerintahkan pengawal menangkap perempuan jahat itu dan memberikan sang bayi kepada ibunya yang sesungguhnya. Demikianlah beliau memutuskan persengketaan itu. Brilian!